Senin, 24 Maret 2014

Viantiane, Luang Prabang, Ayutthaya dan Bangkok....Solo Backpacking Ever..

Tidak seperti traveler lainnya yang saya temui dalam perjalanan kali ini, saya semakin sadari kalau kemampuan melakukan perjalanan masih amatir sekali jika dibandingkan dengan pengalaman teman-teman itu. Gak nyangka, mereka menghabiskan waktu mereka untuk berkeliling dunia dan menghasilkan uang juga dalam perjalanan mereka, wow it's wow, saya masih belum berani untuk segila itu. Walaupun sebenarnya ini adalah perjalanan sendiri ke negara orang tapi Alhamdulillah, hati ini tidak merasa khawatir atau takut, mungkin karena kota yang dituju dari negara tersebut merupakan tempat wisata sehingga banyak turis yang berlalu lalang dan mungkin kita masih se Asia jadi saya terlihat seperti orang lokal saja namun bedanya sambil bawa backpack atau mungkin karena ada teman-teman yang ditemui sehingga tidak merasa sendiri ya. Tapi so far, menurutku kota-kota tersebut cukup/relatif aman dan nyaman buat turis.

Perjalanan kali ini adalah mengunjungi dua negara yaitu Thailand dan Laos selama 6 hari, dimulai tanggal 13 Maret sampai 19 Maret 2014, namun saya dahulukan ke Laos dulu dan menghabiskan 2 hari terakhir di Thailand dengan hanya mengunjungi Bangkok dan Ayutthaya, yah untuk destinasi seperti Phuket, Pattaya dan Chiang Mai, Chiang Rai maybe next trip lah, hopefully.

Di Laos sendiri, saya menginap di Vientiane dan disana ada beberapa teman mengenai makan dan kunjung-mengunjungi tempat wisata semua di fasilitasi sama teman-teman. Ibu kota Laos ini tidak terlalu banyak memiliki tempat tujuan wisata selain monumen Patuxay yang katanya mencontoh dari Arc de Triomphe nya Paris dalam rangka untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan ketika mempertahankan kemerdekaan, yah kurang lebih begitu. Dari sini kita bisa melihat kota Vientiane dari ketinggian, lumayan ada sekitar 6 lantai apa 7 lantai ya, lumayan buat ngos-ngosan. Sebelum sampai ke atas kita akan melewati toko-toko yang menjual souvenir dan oleh-oleh namun harga yang ditawarkan lumayan mahal buat saya yang berbudget ini.

Tidak sempurna kalau tidak menikmati sunset di pinggir mekong river, lumayan worth it lah, duduk disini untuk menikmati sunset, rupanya saya tidak sendiri, sepanjang Mekong River sudah dibuat sedemikian rupa untuk memfasilitasi pengunjung, ada yang hanya sekedar ngobrol dan menghabiskan sore di hiasi cahaya emas sunset atau ada juga yang bejogging ria. Nah sepanjang Mekong River juga banyak bar-bar untuk menikmati Bir (Beer Lao), kata seorang teman dari Korea, kehidupan orang di sini yah setelah bekerja mereka akan menghabiskan sore di bar-bar untuk menikmati Beer Lao bersama teman-teman. Saya sendiri karena tidak mengkonsumsi alkohol dan baunya yang cukup membuat pusing membuat saya lebih memilih untuk duduk di pinggiran Mekong River.

Karena saya sebagai tamu maka setelah itu kita karaoke an bersama di suatu tempat yang katanya itu tempat favorit dan paling keren di Viantiane untuk berkaraoke, eh ternyata (maaf ya) kalau mau di bandingkan sama penyedia karaoke di Jakarta yang kurang terkenal sekalipun masih kerenan disini, hehe (lagu-lagunya tahun 80an semua, wkwk)...tapi tak apalah saya menghargai niat baik mereka, dan lagi ditemani dengan berbotol-botol beerlao, hummm, even buat makan kacang medenya aja saya mikir-mikir heheh, jangan2 digoreng sama minyak b*bi.

Dan saat dinner, karena mereka menghargai saya sebagai muslim jadi menunya no pork, pilihan ikan goreng, sayuran dan olahan bebek yang saya tidak tau namanya menjadi pelengkap makan malam disini. Tapi nasinya, sticky rice, nyummy enaaakkk, hanya Sticky Rice dan Tam Mak Hoong (olahan salad pepaya) menjadi favorit saya di Laos.

Saya memang tidak berani culinary explore disini, karena memang kehalalan dari makanan tidak dapat dijamin, sehingga saya hanya memilih beberapan makanan kering seperti biskuit, keripik kentang atau snacks mengandung coklat dan gula untuk menambah energi.

Sebenarnya teman-teman saya sangat menghargai saya sebagai tamu dan berusaha untuk menjamu tamu dengan sebaik-baiknya tapi memang karena kita memiliki perbedaan dalam pemilihan makanan sehingga itu menjadi sedikit masalah karena saya tidak akan bisa menghabiskan makanan yang tidak jelas kehalalannya, seperti pagi itu ketika sarapan, dia mengajak untuk makan sejenis bakso atau Pho nya orang Laos, yang sebenarnya olahan daging sapi tapi bagi saya, bagaimana mereka menyembelihnya saja dengan tidak menyebut nama Allah saja sudah menjadi haram, tapi karena saya berusaha untuk menghargai dan menghormati maka saya makan 2 pentol bakso saja dan sisanya adalah bihun dari beras dan lalapan sayuran yang disediakan.

Setelah sarapan kami menuju ke salah satu temple dulu baru ke stasiun bis antar kota di Laos, Northern Bus Station yang kurang lebih 30 menit dari pusat kota, dan menyempatkan ke bandara internasionalnya Laos, oya, banyak fasilitas publik yang dimiliki oleh Viantiane merupakan hasil bantuan dari Jepang dan Korea, dan salah satunya adalah bandara internasional ini. Kalau menurut saya bandara ini mirip-mirip seperti Hang Nadim di Batam.



Karena rate pesawat yang lumayan mahal ke Luang Prabang, kami langsung ke stasiun bis dimaksud, dan hanya membeli tiket seharga 110.000 Kip untuk menuju Luang Prabang dengan waktu tempuh kurang lebih 10 jam, nah disinilah perjalanan sendiri saya dimulai, sepuluh jam di bis berkenalan dengan traveler asal Kanada dan share tuk-tuk dengan pasangan Polandia sampai mencari hotel berbudget murah dengan pasangan ini, alhasil dapat homestay yang lumayan murah dengan fasilitas yang ok!

Keesokan paginya tidak ingin melewati prosesi Morning Alms atau Tak Bat, rela bangun pagi untuk melihat prosesi pemberian makanan dari penduduk setempat ataupun turis yang ingin berpartisipasi, setelah itu berjalan sepanjang mekong river namun berdebu sehingga saya memutuskan untuk balik ke hotel memastikan tiket bis untuk malamnya, pengen ikut tour ke Kuang Siy waterfall tapi pergi kesana sendiri dan do nothing karena gak pengen basah-basahan trus harus nunggu bareng-bareng pulang jam 4 sore, humm a big NO, jadinya saya lebih memilih menghabiskan waktu di museum-museum yang bertebaran di sepanjang jalan Sisavangvong  dan sebelumnya menikmati heningnya homestay yang nyaman, menikmati 2 cangkir teh hangat di pagi hari sambil duduk santai depan homestay, humm what a happy life.


Temple pertama yang saya masuki tidak jauh dari homestay dan tidak perlu membayar untuk masuk ke temple ini, cukup ambil foto secara gratis dan lanjut ke temple selanjutnya Wat Mai, disini harus bayar 10.000 kip, yah cukup bagus buat foto-foto kok, dan yang tak boleh terlewatkan adalah National Museum Luang Prabang yang satu kompleks dengan Royal Palace, selain bagus arsitektur bangunan The Haw Pha Bang kita hanya perlu membayar 30.000 kip dan koleksi-koleksi bersejarah yang ada di Royal Palace tak boleh dilewatkan walaupun sebenarnya kita tidak boleh membawa kamera dan tas tangan ke dalam museum tersebut. Yah, mereka melakukan itu demi menjaga keaslian dan keunikan koleksi-koleksi tersebut.







Saya cukup menghabiskan waktu lama di museum ini, karena pukul 12 museum akan di tutup dan akan buka kembali pukul 13.30 sehingga saya memilih duduk menunggu di belakang museum sambil baca buku, merasakan angin ataupun sekedar selfie dengan timer camera, karena memang ada beberapa bagian museum yang belum saya masuki sehingga saya rela menunggu sampai di buka kembali, setelah puas berkeliling museum, saatnya makan siang, di sepanjang jalan Sisavangvong saya menemui restoran India berlabel halal dengan nama Nizam Restaurant, tidak berani memilih menu yang aneh-aneh, pilihan saya jatuh ke Nasi Goreng Vegetarian dan Masala Tea, untuk Masala Tea nya saya kasih nilai 10 deh dari 10, enaakkk, tapi untuk nasi gorengnya gak bangettt.

Sore harinya, menikmati sunset dari ketinggian bukit Phou Si dan membayar 20.000kip, untung saja sudah ngecharges energi, walaupun tetap aja buat kaki kram karena sudah jarang banget exercise, tapi pemandangan dari atas sini lumayan buat mata melek, sayang kamera low bat jadinya cuma bisa di rekam di otak doang.

Turun dari Phou Si, dah disambut dengan keramaian night market, lumayan murah-murah dan jangan lupa untuk tawar menawar ya. Setelah windows shopping, balik hotel ambil tas dan menuju bus station ke Viantiane.

Dan lagi-lagi menikmati 10 jam perjalanan menuju Viantiane, namun sepertinya bis melaju dengan cepat sehingga hanya 9 jam saja dah sampai Viantiane, sampai disitu nunggu teman gak datang-datang katanya mau jemput eh malah gak ada kabar ya udah akhirnya naik tuk-tuk bayar 20.000kip (yang kalau menurut saya bisa lebih murah lagi) ke Ta Lat Sao, terminal bis di kota Viantiane trus naik bis no. 14 ke Friendship Bridge (jadi kalau lewat perbatasan darat ke Lao kalau mau ke Viantiane jangan naik tuk-tuk, mahal jatuhnya ada bis yang no. 14 yang melayani ke tengah kota dari Friendship Bridge) dan cukup bayar 6000 kip. Dari Friendship Bridge situ bisa menggunakan Tuk-tuk untuk menuju Budha Park, dengan membayar 15.000kip, sampai disana gak segitu tertarik dengan tempatnya saya hanya menghabiskan untuk baca buku di pinggiran sungai mekong.

Balik ke Viantiane untuk bertemu teman dan say good bye dengan mereka sebelumnya di traktir makan siang dan lagi-lagi makan Tam Maak Hoong dan mengunjungi 2 museum yang terlewatkan yaitu Ta Lat Luang (bersama dua cowok kenalan dari Spanyol sebelum bertemu teman), Sisaket Museum dan Hor Phra Keo. Sepertinya semua museum ini memang merupakan tempat ibadah sehingga banyak patung budha di tengah sebagai altar orang untuk berdoa, selain koleksi-koleksi patung-patung budha berukuran kecil yang tersebar di sekitar museum.

After saying goodbye dan mereka mengantarkan ke border, saya melanjutkan perjalanan ke Ayuthhaya menggunakan kereta malam dan tiba di Ayutthaya dini hari pukul 5 pagi, early check in, mandi karena berhasil 2 hari tidak mandi and then tidur untuk persiapan energi mengelilingi kompleks wat menggunakan sepeda. Kesalahan dari awal menyewa sepeda sebelum menyebrang mekong river membuat saya harus gotong-gotong angkat sepedanya, fiuhhhh....mengeliligi Ayutthaya menggunakan sepeda cukup nyaman dan aman menurut saya, tapi cuaca disini panasssssnya minta ampun, saya hanya berminat ke Wat Mahathat, itu lho kepala budha yang nyangkut di akar pohon beringin, lumayan worth it lah, keliling pakai sepeda, foto-foto menjadi agenda saya, dan the main pointnya adalah naik gajah, demi naik gajah ini yang padahal jarak tempuhnya gak sampai sekilo meter saya rela merogoh kocek 400 bath dan untuk foto nya 160 bath yah kapan lagi kalau menurut saya,,, dan lanjut ke Viharn Phra Mongkol Bopitoh, masuk sini gratis dan dekat dengan toko-toko souvenir, tapi tak banyak pilihan untuk makan siang, saya lebih memilih pisang bakar, es kelapa dan kue yang entah namanya apa, kulitnya dari kue dadar namun isinya adalah arum manis.  






Segini 20 bath gak worth it bangett

Saking panasnya, saya tidak kuat untuk terus mengayuh sepeda berkeliling ke wat-wat lainnya cukup menikmati dari luar saja, karena memang kondisi badan yang sudah ngedrop kecapekan mungkin, hehe, saya memilih balik hotel untuk beristirahat untuk menyiapkan stamina besok di Bangkok.

Di Bangkok sendiri saya hanya berencana mengunjungi Madam Tussauds, karena dah beli tiket online dari Indonesia, disini sayang banget kalau jalan sendiri susah kalau mau foto-fotonya.. :( setelah dari Madam Tussauds lanjut ke Wat Arun, cuma mau numpang foto, sewa baju thailand dan lanjut ke Grand Palace, kalau gak masuk rasanya kurang afdhol jadinya gpp deh 500 baht melayang, worth it kok....bagusss bangett, cuma sayang panaaaaassss banget, diantara semuanya saya paling suka dengan Museum Queen Sirikit, baju-bajunya bersahaja sekali walaupun hanya dipajang di etalase, aura kebersahajaannya nampak euy,,,hehe....





Setelah selesai, balik ke Don Muang untuk menanti penerbangan balik ke Tanah Air, rasanya udah capek banget pengen tidur di kamarku secepatnya...

Tapi overall, gak nyangka q bisa melakukan ini semua, walaupun awalnya ragu n khawatir tapi setelah dapat restu dari Ayah sepertinya perjalananku mulus-mulus saja hanya beberapa kali di tipu,, hehe....

So, what are you waiting for, Everybody can do it!!!! Let's find the cheaper price, make an itinerary and enjoy your trip even you'll do it alone.. :)


Thanks to my friend.....
Thanks to Serth, Kim and Koko

Thanks to Mom

Thanks to Khit


Hey, the two midwives, thanks so much Pedro and Manuel
Ini, rincian biaya yang saya keluarkan selama disana,,, :)


Total 2.702 Baht, Rp1.733.685, 636.000 Lao Kip dan 30 USD, yah sekitar Rp3.800.000 an lah       
kurang lebih.. :))


14 komentar:

  1. Keren mbak...aku mupeng ke Luang Prabang tp blom brani jalan sendiri..hiks... btw,utk naik sleeper bus Vientiane-Luang Prabang jlnnya piye?ngeri ga mbak?soalnya klo naek pesawat pp kok ya mihil euy..tengkiuuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya Mb Mia, q juga awalnya gak berani tapi yah kalo gak dicoba gak bakal bisa tau rasanya ;)... wkt itu gak dapat sleeper bus nya, habis tiketnya jadinya ya naik bus yang biasa aja...yah lumayan (kurang lebih) 10 jam duduk, gak ngeri kok aman aja asal beli tiket yang ada nomor kursinya karena wkt itu saya ada yang gugat gitu dibilangin itu tempat duduknya tapi akirnya di tolong ama bapak sopirnya....krn wkt itu berangkat siang jadinya di tengah perjalanan berhenti kok untuk makan siang di warung gitu deh,,, jangan takut kenalan aja ama teman seperjalanan banyak turis yang solo backpacking jg kok... :)

      Hapus
  2. Mbak...maap..tyk lg..nama home stay nya pas nginep di Luang Prabang apa yaa??? Terima kasiih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Le tam tam..q agak lupa...kapan rencana mo ksana? Mndg book hotel dl..takutnya kalau brgkt pagi dr vientiane smp LP kemalaman n dr terminal k pusat kotanya agak jauh..sayang aja kl blm dpt hotel ssah2 nyari nanti..

      Hapus
  3. Itu book lwt booking ato agoda?? Aku naek laoskyway mbak dr vientiane dan nyampe luang prabang jam 18.30-an. Aku nyampe di luang prabang tgl 14Mei.. Katane pas itu kan low season jd go spot ok jg.. Tp ya gitu..dewean..agak wedi2..#kurang nyali :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayok semangattt...kalo memang gak low season, insya Allah lebih mudah carinya, tp klo menurutku karna kamu sampainya agak malam apa gak lebih save book hotel dulu...kalo gak mau yg bayar dulu bisa cek hotel di booking.com dan tanya aja kalau ada jasa jemput di bandara nya biar kamu gak kesusahan ke kota nya tp karna q gak pake pesawat jadinya ya gak sgitu ngerti transport dari bandara ke kota nya....tp pasti ada taksi or tuk2...insya Allah relatif aman, q aja wkt itu sampai tengah malam tapi karena ketemu ma teman baru dari kanada n poland jadinya aman deh malam itu q dibantu ma mereka cari hotelnya...kalo udah jalan ma pasti aja ketemu teman baru nah disitu bisa saling share info kan...bismillah moga lancar ya nantinya.. :)

      Hapus
  4. Amiin...makasi buat support n doa e :)

    Iya...mau booking dulu saja dan mgkn minta fasilitas antar jemput dr penginepan. Sekali lg matur nuwun sanget. Termasuk info ttg Villa Le Tamtam...:)

    BalasHapus
  5. kereta dari nongkhai ke ayuthaya jam berapa ya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya beli yang jam 5 sore seingat saya, trus smp ayutaya nya subuh jam 4an pagi gitu deh... tapi tiket udah ku beli dari awal perjalanan ketika mau ke laos

      Hapus