Selasa, 21 Januari 2014

Cirebon: Kota Berbagai Keraton

Sekarang itu, orang Indonesia gak boleh bego lagi ya.. celetuk bapak yang duduk dihadapan saya dengan nada kesal, dengan terus berceloteh saya tetap tidak menghiraukan dan terus asyik dengan buku di tangan saya, sambil sesekali menanggapi beliau.

Percakapan sepihak yang mendominasi itu mengawali perjalanan saya kali ini menuju kota Cirebon yang katanya penghasil terasi itu, sempat browsing-browsing katanya Cirebon itu berasal dari dua kata bahasa Sunda yaitu Cai dan Rebon, Cai artinya air dan Rebon adalah udang kecil. Cirebon sendiri masuk dalam wilayah provinsi Jawa Barat namun dalam penggunaan bahasa daerah sehari-hari mereka menggunakan bahasa Jawa bukan Sunda walaupun ada sedikit kosakata yang berbeda.

Setelah 3 jam berkereta dari pura-pura tidur sampai tertidur beneran diselingi obrolan ibu di kursi sebelah yang menyatakan dirinya adalah anggota DPR dari salah satu partai, berorasi dengan lancar dengan sesekali nyemal nyemil karena memiliki tubuh yang cukup subur seperti saya, hehe... orasi nya cukup menggugah penumpang kereta lainnya apalagi bapak yang duduk dihadapan saya untuk ikut nimbrung dan bertanya banyak dan dengan santai si Ibu menjawab tugas dan fungsi dia untuk memberikan bantuan nyata kepada masyarakat di lingkungan tempat beliau yang masih membutuhkan, "yah tinggal bikin proposal ajukan ke HT disetujui di bangun deh jalanan" sampai-sampai obrolan money politics dan isu-isu hangat seputar kementerian, saya cuma bisa ketawa kecil ketika beliau membahas kantor saya, hum terserah ibu lah...

Sebagai penumpang kereta ekonomi, tidak "diperkenankan" untuk berhenti di stasiun Cirebon so Cirebon Prujakan menjadi tujuan akhir saya pada tanggal 31 Desember 2013 kemarin, sambil menunggu teman yang menjemput, saya sempat makan di warung dalam area stasiun, kalau menurut saya makanannya cenderung manis dan bahkan manis, membuat tidak berselera. Makanan khas Cirebon sendiri adalah Empal Gentong (sayang tidak sempat nyoba, katanya biasa aja kayak coto makasar) dan Nasi Jamblang, kalau ini aduh memang manis makanannya euy, nasinya dengan porsi nasi seperti nasi kucing di bungkus dengan daun jati trus kita tinggal milih lauknya.

Kalau mau diusut sebenarnya saya tidak pernah punya teman dari Cirebon, berawal dari kenalan yang tidak disengaja saat menunggu kopaja 502 ke arah kampung Melayu karena senasib yang ditunggu tak datang-datang akhirnya obrolan santai dimulai lah, sampai pada akhirnya ngobrol pada topik hobby yang ternyata sama-sama suka jalan, tukeran nomor hape dan trip bareng ke Bromo eh ternyata dia punya teman di Malang yang ternyata lagi adalah teman saya waktu kuliah di Unibraw dulu satu unitas, haha dunia emang sempit.

Eits kok malah curhat, lanjut ya, malam tahun baru kami habiskan depan balai kota Cirebon untuk menyaksikan kembang api dan haiya disini masih zaman loh, motor di gas-gas in gitu selain menyebabkan polusi udara juga polusi suara, dan hehe sangat kontras dengan kegiatan di Masjid At Taqwa (kayak masjid jami gitu deh) ada peringatan haul yang diisi dengan pengajian agama, hehe...karena memang posisi balai kota dan masjid lumayan dekat. Humm, bangunan masjidnya lumayan oke juga kok buat spot foto, dan bakso yang ada di kantin masjid lumayan enak, q suka.
Depan Menara Masjid

Dibelakang saya adalah bangunan masjid at taqwa dari kejauhan

Depan tempat sholat wanita Masjid Attaqwa

And here we start the remaining hours to left Cirebon, hari itu tanggal 1 Januari 2014, kami mengunjungi beberapa situs peninggalan sejarah kejayaan para raja-raja di Cirebon, Keraton Kanoman (masih dalam proses renovasi ketika itu sayangnya kelihatan sedikit berantakan karena banyak pedagang kaki lima yang sedikit merusak pemandangan di depan keraton, tidak jauh dari Keraton Kanoman kami menuju Keraton Kasepuhan, sama hal nya dengan Keraton Kanoman, sama-sama dalam proses renovasi namun di Keraton ini masih lebih banyak ruangan yang bisa dinikmati dengan koleksi kerajaan tidak seperti di Keraton Kanoman yang cuma seruangan saja, dan sepertinya Keraton Kasepuhan ini lebih luas dari Keraton Kanoman (correct me if i am wrong).

Bangunan sebelum masuk keraton Kanoman
Hanya Gedung Pusaka ini saja yang terbuka utk umum waktu itu (Tiket Masuk Rp5000)



Under constuction

Depan kereta jempana










Pasar Kanoman dekat Keraton Kanoman


 Keraton Kasepuhan:
Keraton Kasepuhan (Tiket Masuk Rp8000)

Saingan ama Prabu Siliwangi :D


Salah satu koleksi di Museum Kasepuhan

Taman dekat tempat semedi khusus cowok


Koleksi Gamelan di Keraton Kasepuhan


Hari mulai siang, tujuan terakhir adalah Goa Sunyaregi, ini peruntukannya seperti taman sari yang di Jogja, kayak tempat pemandian gitu ya, lumayan luas dengan ornamen batu-batuan yang cukup artistik jadi ingat masuk rock garden di Chandipur, India. Bagus buat spot foto pokoknya..dan saya bersyukur banget waktu kesana Cirebon lagi gak panas, dan gak hujan hanya mendung-mendung gitu, Alhamdulillah, jadi gak berasa capek banget.




Perjalanan ini menjadi jauh lebih bermakna karena niatnya untuk bersilaturahmi, :)







2 komentar:

  1. mau dong ikutan jalan-jalan!!!!! jangan lupa ajak-ajak ya nanti kalo aku balik :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. insya Allah yang penting waktu jalan2 kita match aja, yang ada juga biasanya dirimu yang sibuk kalo dah pulang hehehe,,, ditunggu pulang ya,,,

      Hapus