Gunung selalu punya cerita mistis sendiri, begitu pula dengan salah satu gunung yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Gunung Galunggung. Cerita mistis ini tidak terlepas dari sejarah kerajaan-kerajaan yang berjaya pada masa itu di tanah Pasundan ini. Dan karena saya tidak terlalu banyak mengerti dengan sejarah kerajaan yang ada
di tanah Pasundan, namun yang saya dengar dan baca sedikit informasi
dari inet, Gunung Galunggung ini tidak terlepas dari sejarah Kerajaan
Sunda dan Kerajaan Galuh, yah bagaimana ceritanya lengkapnya saya juga
tidak begitu mengerti, daripada salah menjelaskan sesuatu yang saya
sendiri pun tidak mengerti, jadi tidak dibahas disini. Mungkin Anda bisa
mencari informasi lengkapnya dari artikel-artikel yang tersebar di
dunia maya atau langsung aja cari buku-buku sejarah yang terkait dengan
itu.
Namun yang membuat saya tertarik adalah, adanya cerita-cerita yang
menyebutkan bahwa ada beberapa orang yang mendaki gunung ini dan
melakukan pertapaan di salah satu mushala yang ada di dekat danau yang
berada di cekungan letusan gunung tersebut, belum lagi mitos yang
mengatakan jenis pisang khas disitu yang dijual bebas oleh pedagang di
bawah kaki gunung ini yang katanya bisa menyembuhkan penyakit ginjal, ah
entahlah memang belum ada pembuktian secara ilmiah asalkan tetap
percaya dan yakin yang menyembuhkan penyakit itu adalah Allah SWT.
Ah sudahlah, saya tidak punya kewenangan untuk menceritakan hal tersebut, yang jelas Gunung Galunggung ini dapat dicapai kurang lebih 8 jam perjalanan menggunakan elf dari Jakarta. Kami berangkat kurang lebih jam 10 malam dan tiba di kaki gunung pukul 6.30 pagi dengan pemandangan dari ketinggian kaki gunung dan sinar hangat mentari yang memamerkan warna keemasannya. Setelah sarapan, mengisi energi untuk muncak naik tangga sebanyak 620 anak tangga. Oiya, Gunung ini sudah lebih kepada komoditas wisata, jadi turis dimudahkan dengan bantuan tangga untuk menuju ke puncak Galuh yang berada 2.167 mdpl, dan jalan raya menuju kesana pun sudah cukup bagus walaupun aspalnya tidak semulus jalanan tol.
|
Tangga Menuju Puncak |
|
View dari Atas Puncak Gn Galunggung-Dokumentasi Jalan Bareng-Bareng |
|
Titk Triangulasi Puncak Galuh-Dokumentasi Jalan Bareng-Bareng |
|
View dari Atas Puncak-Doc Jalan Bareng-bareng |
|
Depan Nametag Gn Galunggung-Doc Jalan Bareng-Bareng |
|
View dari Ujung Tangga dari ketinggian |
View dari atas Gunung Galunggung cukup bagus kalau menurutku, tapi kayaknya emang lebih seru lagi kalau kita turun ke danau yang ada di cekungan gunung akibat letusan di tahun 1982, namun karena perjalanan menuju kesana yang hampir 2 jam sehingga kita memutuskan untuk tidak turun ke bawah, lagipula selain Gunung Galunggung, kita akan menuju Kampung Naga di Garut namun sebelumnya tidak lupa untuk beli oleh-oleh Tasikmalaya di Rajapolah.
Rajapolah menjadi next destinasi, setelah Gunung Galunggung. Rajapolah ini adalah kompleks toko-toko yang menjual barang-barang kerajinan hand made, dengan harga yang relatif murah. Yah cukup worth it lah buat beli oleh-oleh Tasikmalaya disini.
|
Kompleks Raja Polah-Doc Jalan Bareng-Bareng |
Dan destinasi terakhir adalah Kampung Naga, kampung ini sebenarnya tidak ada kaitannya dengan ular mitos Naga namun Naga itu berasal dari suku kata Nagari yang artinya tebing, karena kampung ini berada di bawah lembah dengan menuruni 439 anak tangga dan dikelilingi oleh tebing. Bentuk rumah penduduknya adalah rumah panggung beratapkan ijuk yang tahan gempa, berdasarkan keterangan dari pemandu yang memang adalah orang asli dari kampung Naga, menyatakan bahwa banyak warga Kampung Naga yang tidak tinggal di kawasan kampung ini lagi, karena tidak dapat diperluas lagi hanya ada 113 bangunan, namun ketika mereka kembali ke kampung ini untuk berkumpul bersama keluarga yang tersisa disini ketika acara-acara keagamaan mereka harus menaati peraturan adat yang ada di kampung ini yaitu hidup secara alami tanpa listrik dan memasak menggunakan tungku. Sekedar informasi, pemerintah memberikan subsidi minyak tanah kepada warga Kampung Naga, sebagai bahan bakar petromax atau lampu templok yang mereka gunakan sebagai penerangan.
|
Rumah Kampung Naga-Doc Jalan Bareng-Bareng |
|
Depan Masjid/Mushola Kampung Naga-Doc Jalan Bareng-Bareng |
Sebagai penutup tidak lengkap kalau tidak membeli oleh-oleh dari tanah Garut ini, pilihan saya jatuh pada Chocodot, ikon oleh-oleh Garut yang wajib dibeli, lumayan enak kok coklatnya, tidak terlalu manis sesuai dengan selera saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar