Kamis, 21 Juli 2016

Dili, Libur Lebaran Part 1

Memanfaatkan cuti dan izin dengan baik dan sedikit mengabaikan surat edaran Pak Menteri, karena maaf Bapak saya sudah punya tiket pulang pergi sebelum Bapak mengeluarkan surat edaran tersebut, jadi ya maaf saja Pak, kalau harus rechedule lagi, sudah gak mau lagi mengeluarkan duit untuk itu secara mau pulang aja dah beli oleh-oleh yang cukup merogoh kocek dalam-dalam...hahaha...maaf ya jadi curhat soal edaran Pak Menteri..tapi gak apa, kali aja si Bapak mampir ke blog q...hahahaha, kayak gak ada kerjaan aja, katanya, Peace pak Menteri!!!

Lanjut ke libur lebaran, setelah puasa usai, sudah ancang-ancang mau ke Timles, negara tetangga sebelah yang masih satu daratan dengan pulau Timor, tanah lahir beta. Seharusnya, kita sewa mobil aja ke Timles, tapi karena pasukannya berkurang tidak sesuai rencana, biaya urunan makin besar (red-kurang lebih sekitar Rp3.000.000, 00 biaya sewanya ke Timles nginap 1 malam). Belum lagi harus urus-urus izin di kepolisian juga, sebagai informasi kita bisa saja mengendarai motor ke Dili tapi tidak saya sarankan karena kondisi jalan yang kurang bagus, banyak berlubang dan berkelok-kelok, bakal bikin badan sakit jadi mending naik travel or bis saja.

Lebaran hari ke-3, kami berangkat berdua menggunakan Timor Tour Travel ke kota Dili, dengan hanya membayar Rp135.000,00 saja, dan saya sarankan juga untuk membeli tiket balik Dili-Atambua juga langsung karena kalau beli disana dikhawatirkan tiket sudah habis,apalagi kalau itu terjadi di weekend or hari libur. Oya, hanya ada 1 jadwal saja setiap hari yang di layani oleh travel-travel di Atambua untuk menuju Dili ataupun sebaliknya, jika dari Atambua hanya ada di jam 12.00 siang dan dari Dili hanya ada di jam 07.00 pagi (Dili-Atambua USD 12).

Kurang lebih perjalanan 3 jam kami sudah sampai di kota Dili, disini saya menginap di Sakura Hotel And Apartment di daerah Audian, kamarnya luas cocok untuk bawa keluarga karena ada pantrynya juga lokasinya pun tidak jauh dari Kantor Governor dan juga di lewati angkutan umum, dari hotel ini ke Cristorei pun tidak jauh yah mungkin sekitar 6-7km, mungkin...hehehe...

Karena sampai hotel dah malam, kami hanya jalan-jalan di sekitar hotel untuk membeli makan yang restorannya persis di sebelah hotel tersebut, Restoran Sederhana yang mahalnya minta ampun, masa ayam goreng doang gak pakai apa-apa USD 4,5 berasa gak ikhlas banget, udah gitu ayamnya jg keras, hiyaaaaa, rendangnya juga STD begete ah sudahlah, tetap di makan juga ini...hahaha...

Kota Dili dah sepi banget, ketika kami keluar kurang lebih jam 8 malam, jalanan sudah gelap banyak toko yang sudah tutup, hanya tinggal 1-2 restoran, dan kafe yang masih buka. Kami berjalan kaki melewati stadion olahraga nya dan kemudian ke arah kantor Governor untuk berfoto di ikon Lotte pinggir pantai. Cahaya lampu jalan temaram dan desir ombak malam itu menambah suasana sepiiii....hanya ada beberapa orang yang sedang menghabiskan malam juga di tepi pantai ini.

Tak mau berlama-lama karena khawatir kalau ada apa-apa, karena kita cuma berdua cewek-cewek lagi kan jadi mikir yang aneh-aneh dan horror juga. Kita balik ke hotel dengan sebelumnya membeli Aquamor seharga USD 0,5. Lanjut tidur persiapan jalan kaki mendaki bukit Cristo Rei besok paginya.

Pagi cerah menyambut, panas belum terik kami sudah keluar hotel, enaknya ni hotel waktu check in dan check outnya flexible banget jadi kita masih aja naruh barang di hotel dan baru balik sore hari untuk check out. Lanjut jalan ke depan kantor Governor, ada beberapa orang yang sedang olahraga atau hanya sekedar duduk-duduk menikmati angin pagi di pantai, kami bertanya-tanya biaya taksi ke Cristo Rei dan memang hanya sekitar USD2- USD3. Saya bergegas menahan taxy kuning yang bersileweran di depan kantor Governor dapat dan bernegosiasi harga sepakat dengan USD2 tapi akhirnya berujung dengan scamming dan kami harus membayar USD20, sambil nulis ni cerita q masih terbayang-bayang wajah si sopir penipu, so guys, pastikan harga negosiasi pertama dengan jelas dan marah-marah saja kalo dia minta lebih, jangan ke saya yang pasrah aja bayar sgitu...oon...oon...oon
Depan Governor Office
Lumayan banyak orang-orang yang berolahraga tidak hanya local people tapi juga bule-bule yang mungkin sedang berlibur juga, mulai dari bersepeda ke Cristo Rei ataupun jogging kalau kami naik taxy aja..heheheh....sampai Cristo Rei, yuk naik tangga dulu olahraga pagi dulu kita.

Lumayan bikin ngos-ngosan dan berkeringat, kami naik sampai ke atas demi mau menikmati indahnya pantai Cristo Rei dari ketinggian, capek pun terbayar sudah, emang cakep foto dari atas Cristo Rei.

Cukup lama kami di atas, sambil menikmati matahari pagi dan menatap lautan di depan kami dari atas bukit. Jangan lupa bawa bekal minum ya!!


Makin siang, kami turun dan menikmati dinginnya pasir putih pantai Cristo Rei dan semilir angin yang bikin ngantuk, ada beberapa penjual buah yang menjajakan dagangannya seperti lemon, yang akirnya saya tergoda untuk membelinya lumayan 4 buah USD1. Pengennya siy terus-terusan duduk di pinggir pantai situ, kayak bule-bule di sebelah kami yang asyik berjemur sunbathing.

Jalanan depan Cristo Rei

Yuk, lanjut ke Kampong Alor, bisa di capai dengan taxy kurang lebih USD4 dari Cristo Rei situ, foto dulu depan Palacio De Presidente atau Istana Presidennya Timor Leste baru ke masjid An Nur untuk makan pagi sekaligus makan siang, saya tidak merekomendasikan gado-gado dan soto ayam disitu, sungguh rasanya amburadul untuk harga senilai USD1-USD1,5.

Hari makin siang, kami memilih naik angkot menuju Terminal Tasi Tolu, untuk menuju John Paul Statue di bukit yang berada dekat Tasi Tolu, karena tidak ada angkot yang menuju John Paul (JP) jadinya kami naik taxy lagi sekalian suruh nunggu taxynya dan PP USD5. Memang di Dili, banyak wisata rohani dan wisata pantai, JP yang kami datangi ini juga bukit tempat berdoa tapi dari sini kita bisa menikmati dua view, view Danau Tasi Tolu dan Pantai.

Mulai gak fokus buat enjoy, kami tidak bisa pulang Atambua karena kehabisan seat Timor Travel begitu pula Paradiso, another travel bus ke Atambua, kami bertanya-tanya dan dapat info kalau bisa naik Bis menuju Maliana jika kami mau ke border Batu Gede, jadwal bis ini pun gak tanggung-tanggung antara jam 07.00 malam sampai 06.00 pagi hari, jika berangkat jam 08.00 malam berarti kira-kira kami sampai Batu Gede tengah malam dan tidak tahu arah mau ke mana secara baru pertama ke Dili dan tidak ada orang yang dikenali di Batu Gede situ. Ah, lupakan, kami masih berniat jalan-jalan lagi sebelum balik ke Atambua. Hehehehehe....

Balik dari JP kami ke pantai Largo..... sambil merilekskan kaki sebelum melanjutkan jalan ke hotel melewati monumen depan pantai dan museum Xanana Gusmao. Jika ingin berkunjung ke museum ini free tidak ada biaya apapun namun ada kotak donasi tersedia jika ingin memberikan donasi, di dalam museum ini bercerita tentang perjuangan dan prestasi mantan orang nomor 1 di Timor Leste ini, it's worth to see, dan sepertinya museum ini juga digunakan sebagai galery budaya sehingga ada kegiatan-kegiatan kebudayaan yang di selenggarakan di museum ini.

Sesampainya di hotel, kami berisitirahat, mandi dan sholat tak terasa waktu untuk sunset mulai tiba, kami check out dan melanjutkan perjalanan ke Cristo Rei untuk menikmati senja disana... demi mendapatkan sensasi itu, tidak apa bagi kami untuk naik lagi ke puncak cristo rei, alhasil dalam sehari 2 kali naik cristo rei,,hahaha...prestasi betull....udah banyak jalan kaki di tambah dua kali naik bukit...q siy senang-senang aja demi perginya si lemak-lemak di perutku ini...hahahaha




Kali ini, kami bertemu dengan tukang taxy yang baik hati sambil menjadi guide gratis kami dan menjemput kami lagi untuk ke Kampong Alor, balik ke Masjid An Nur untuk sholat jamak magrib dan isya kemudian lanjut ke terminal Tasi Tolu sebelumnya menolak makan di acara halal bihalal masjid karena berburu waktu dan makan di warung pinggir jalan, naik taxy karena angkot berhenti operasi pukul 18.00, sampai terminal sudah ada bis yang menanti walau sambil tarik-tarikan langsung aja masuk ke dalam bis yang mau ke Maliana bayar USD6, alhamdulillah dapat duduk dan siap-siap tidur untuk bangun lagi jam 12an duduk nongkrong di Batu Gede.

Sampai Batu Gede, kurang lebih jam 12, oya Timor Leste itu 1 jam lebih cepat jika dibandingkan dengan Atambua atau Waktu Indonesia Tengah, jujur saya lebih menikmati perjalanan menggunakan bis karena tidak terlalu berasa guncangan mungkin karena saya tidur juga dan malam hari jadinya lebih nyaman saja, walau sebenarnya masih ada beberapa penumpang yang merokok di dalam bis.
Setelah turun, di tawari ojek USD 2 ke Motaain or Border tapi karena saya tidak ingin membayar pakai dolar lagi akhirnya memutuskan untuk ngemper di kios-kios kecil pinggir jalan yang setelah beberapa lama kemudian ada intel Timles yang datang dan meminta paspor saya dengan sedikit paksa, dan setelah beradu kata-kata saya menyerah dan menunjukan paspor dan ngotot di ambil olehnya, dikira saya masuk ke negara dia melalui jalur tikus, tidak seharusnya dia berlaku kasar seperti yang terjadi malam itu, jika teman-teman menemui yang seperti itu jangan emosi dulu ya kayak saya...

Dan si Intel, berlalu begitu saja, meninggalkan saya dan teman saya tebengong-bengong mau kemana kami malam ini sampai jam 8 pagi hingga border di buka. eitss, emang rezeki anak sholehah tiba-tiba muncul wanita berjilbab dengan bapak-bapak yang menyapa salam dengan ramah dan berminal'aidin, mereka juga penumpang dari bis yang baru saja berhenti beberapa menit setelah kami, langsung spontan saya bertanya dimana mereka akan tinggal, dan langsung meminta perkenaan mereka untuk mengizinkan kami bergabung dengan mereka, berjalan bersama menyusuri jalan, karena gak sampai-sampai sedikit suudzhon siy namun akhirnya belum semakin liar imajinasinya sudah ditemukanlah rumah saudaranya mereka...Alhamdulillah, sampai disitu kami di jamu dengan baik, pagi-pagi di sediakan sarapan pisang goreng lagi Masya Allah emang rezeki anak sholehah betul...

Kami duluan pamit, dan melanjutkan perjalanan ke perbatasan, yah kurang lebih 2km lagi ke border, jalan lagiiiii..olahraga teruss....lapor ke border dapat cap dah di jemput ma kakakq, blm 30 menit dah sampai rumah saja.

Alhamdulillah, dapat lagi pengalaman jalan2 di negara orang, sekalian bikin cap di paspor baru dan pertama kali ke negara orang di tahun 2016, semakin cinta Indonesia deh...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar