Kamis, 15 September 2016

Kaki Kereta: Kaki Buat Jalan-Jalan

Seorang tetangga pernah menjuluki saya dengan sebutan Kaki Kereta. Istilah ini memang bukan tanpa alasan!! 
Saya termasuk kategori anak yang "dimanjakan" karena orang tua tidak pernah mewajibkan kami untuk tidur siang dan kewajiban lainnya untuk beres-beres di rumah dan bantu-bantu, artinya tau beres aja, apa-apa sudah disiapkan, jadi saya lumayan punya banyak waktu luang ketika pulang sekolah. Hal ini sungguh berbeda dengan aturan si tetangga dalam cara mendidik anaknya. 

Nah, waktu luang ketika pulang sekolah ini lah yang saya dan beberapa teman yang kurang lebih punya kesamaan untuk have fun, kami menyebutnya dengan "rolling" yang artinya kami akan menyewa motor si tukang ojek langganan kami dengan durasi dari jam 2 siang sampai kurang lebih jam 5 sore hanya dengan membayar Rp5000,- dan pasti akan di sambut dengan wajah menekuk si tukang ojek karena terlalu lama namun hal itu akan berulang terus hari ke hari, fyi kami punya beberapa langganan tukang ojek. 

Siang hari di Atambua sepi padahal sebenarnya, karena toko-toko pun punya jadwal istirahat siang, tapi tidak menghalangi niat kami untuk "rolling" Atambua, dari pusat kota sampai pinggiran batas kota dan kami menikmatinya, tidak bosan-bosan untuk melakukan hal yang sama. Saking seringnya pergi-pergi itulah yang buat si tetangga gemes kalo gak negur kita, hehehe....

Ternyata kebiasaan kayak gitu udah bakat dan hobby, jadinya kebawa deh sampai kuliah, walaupun ketika kuliah lebih terbatas siy karena duitnya terbatas. Setelah kerja dan berasa dah punya uang sendiri jadinya lebih bebas untuk mau jalan-jalan ke tempat-tempat baru dan seru, belum abis tahun cuti dah abis duluan.

Memang hobby itu ngefek banget ke kesenangan dan ketenangan hati namun tiba-tiba saya terpikirkan kenapa saya tuh suka sama travelling (backpacker amatir) dan naik gunung (pendaki amatir) apalagi muncul statement dari teman-teman yang bilang kenapa siy harus traveling jauh-jauh keluar negeri dan habisin duit; Ok! Personally, saya akan jawab bukannya saya gak pengen jalan-jalan ke dalam negeri tapi sungguh itu tiket-tiket ke luar negeri jauuuhh lebih murah daripada tiket untuk menjelajah negeri sendiri namun di lain pihak karena saya pengen membuktikan ke diri saya sendiri bahwa saya bisa survive dan berusaha untuk adaptasi di negeri orang dengan berbagai kondisi cross culture dan bahasa yang berbeda, so far itulah alasan travelling ke luar negeri yang hampir setiap tahun minimal saya targetkan ke negara yang berbeda, walaupun untuk sementara masih seputaran Asia Tenggara saja. Tapi bukan berarti saya tidak jalan-jalan dalam negeri!!

Untuk naik gunung sendiri, pendakian terakhir yang saya lakukan adalah di Gn Papandayan ketika itu hujan dan saya kedinginan, tubuh tidak bisa mengkontrol suhu pegunungan yang menusuk, dengan keadaan menggigil saya berpikir kenapa saya harus melakukan ini semua, capek-capek naik gunung, kedinginan tidur di tenda, kehujanan karena tenda bocor dan susah untuk MCK, ternyata dari naik gunung apa yang saya dapat, saya suka naik gunung, secara tidak langsung saya melakukan olahraga yang normally jarang sekali saya lakukan, saya senang kumpul-kumpul bersama teman baru yang solid kami berbagi kesenangan dan kesukaran bersama sayang sering tidak berkesinambungan pertemanan itu. 

Jadi hobby jalan-jalan ini bukan ajang untuk pamer ke orang-orang kalo saya dah kemana-mana tapi lebih ke pembuktian ke diri sendiri kalau saya bisa survive dan kalau untuk naik gunung suka aja bisa olahraga apalagi kalau naik gunung kan bareng-bareng bisa ketemu teman baru, so semua berawal dari niat, bukan untuk pamer dan riya.

Ini cerita hobby saya sebagai traveller amatir dan hiker amatir...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar