Selasa, 10 Mei 2016

Cerita dari Belu: Daerah Perbatasan yang Terus Berbenah




Saya memang tidak menghabiskan waktu banyak di Atambua, namun saya masih terdaftar sebagai warga Belu. Dalam setahun bisa dihitung dengan jari kunjungan saya ke Atambua, jika itu tidak lebaran atau urusan mendadak lainnya yah alasan untuk pulang itu hampir tidak ada. Karena alasan pekerjaan membuat saya terkondisi untuk tidak punya kesempatan banyak menikmati dan merasakan gelut pembangunan Belu yang akhir-akhir ini semakin tersohor sebagai kabupaten terdekat dengan negara Timor Leste.

Atambua yang merupakan ibukota Belu telah menjadi kota transit dan juga menjadi daerah pengungsian warga Timor-Timur yang memilih menjadi warga Indonesia. Sebagai informasi, Timor Leste yang dulunya adalah Timor Timur merupakan salah satu propinsi di Indonesia dan memisahkan diri dari Indonesia setelah dilakukan referendum di tahun 1999. Masih lekat dalam ingatan saya, konflik yang terjadi di tahun 1999 dan 2000 antara pihak pro dan kontra namun memang saya tidak terlalu tahu secara detail juga hanya yang saya tahu ada pembakaran dan baku tembak. Tidak banyak informasi akurat yang saya ketahui tentang kejadian tersebut, so pardon me!

Sekilas Belu masa kini telah berubah menjadi Belu yang lebih baik menurut saya, banyak infrastruktur, fasilitas publik yang terus di kembangkan demi memenuhi kebutuhan masyarakat Belu. Contohnya saja, kebutuhan akan air bersih (dengan lokasi yang dekat) menjadi salah satu permasalahan yang cukup signifikan, ketika musim kemarau tiba, sumur warga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka harus mengambil air dari mata air terdekat yang kurang lebih harus melewati medan yang cukup berbatu dengan jarak tempuh yang lumayan jauh. Namun sekarang, seperti menjawab permasalahan warga, khususnya setahu saya yang di Atambua, PDAM sudah membangun jaringan untuk menyalurkan air bersih kepada warga sayangnya sampai saat ini tidak setiap hari air ada hanya seminggu sekali mengalirnya, sehingga warga tidak terlalu bergantung dengan PDAM sebab jadwalnya yang tidak menentu.

Berawal dari permasalahan air, saat ini sedang ada pembangunan Waduk Rotiklot. Mega proyek yang baru saja di resmikan pembangunannya oleh Bapak Presiden Desember tahun kemarin ini, akan membantu mangatasi permasalahan kekurangan air selain itu juga akan menjadi pengendali banjir, pemenuhan kebutuhan listrik, pertanian, sawah dan objek pariwisata nantinya. Semoga pembangunannya selesai sesuai dengan jadwal yang tertera dalam kontrak pengadaanya sehingga dapat segera dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyarakat Belu.
Waduk Rotiklot dalam proses pembangunan

Infrastruktur lainnya yang tidak kalah pentingnya yang telah di perbaharui adalah Pelabuhan Atapupu, pelabuhan yang terletak di Kecamatan Kakuluk Mesak kurang lebih 20 menit ke pintu lintas batas Mota'ain diharapkan dapat menjadi pelabuhan transit atas ekspor ke Timor Leste sekaligus untuk membantu meningkatkan pertumbuhan sektor perekonomian di Belu khususnya Kakuluk Mesak.

Masih dalam proses dan akan segera diresmikan

Potensi pariwisatanya pun menawarkan keindahan pantai dengan pasir putih yang menawan, seperti Kolam Susuk, Teluk Gurita dan Pantai Pasir Putih yang jaraknya hanya sekitar 30an menit dari pusat kota Atambua. Selain pantai, yang sedang happening di kalangan anak muda Atambua yaitu Fulan Fehan dibawah kaki gunung Lakaan di Kecamatan Lamaknen, hamparan padang rumput seperti disalah satu serial kartun anak-anak (teletubies) dengan sekumpulan kuda yang bebas berkeliaran semakin menambah eksotisme padang rumput ini dan juga menjadi habitat kaktus liar yang tumbuh subur. Tidak jauh dari padang sabana ini, terdapat peninggalan Benteng Ranu Hitu atau yang dikenal sebagai Benteng Tujuh Lapis, sayang saya belum berkesempatan mengunjungi benteng ini dan juga tidak terlalu tahu tentang informasi sejarahnya (klik disini untuk info lengkapnya).
Sudah ada pantai, gunung, padang sabana, di Belu juga ada wisata air terjun dan mata air Lahurus yang tidak ada habis-habisnya.
me in 2014 in Mauhalek Waterfall

Kami di Fulan Fehan-2016

Perjalanan saya kali ini ke Atambua, bukan tanpa tujuan walaupun momennya bukan lebaran atau merayakan idul fitri bersama keluarga. Awalnya, hanya membantu broadcast informasi kegiatan yang diinisiasi oleh  SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) Universitas Riau saja melalui Aksi Peduli Pendidikan Perbatasan dengan tema "Ilmu, Senyum, dan Keceriaan untuk Siswa-siswi di Batas Negeri", namun dengan beberapa pertimbangan akhirnya memutuskan untuk bergabung bersama memeriahkan kegiatan ini di SDK Manewain di Kecamatan Lamaknen Selatan. Merelakan tiket ke Kuala Lumpur, Penang, Langkawi, Johor Bahru, Melaka hanguss, yah sekalian birulwalidain lah ya, jadi ya walaupun rugi materi tapi pengalaman dan kesempatan yang didapatkan dalam perjalanan kali ini priceless lah. 

Generasi penerus yang berpendidikan juga menjadi potensi berharga demi kemajuan Belu di masa yang akan datang. Kita tidak akan pernah tahu, bisa saja salah satu atau salah dua atau lebih siswa-siswi SDK Manewain akan menjadi orang-orang hebat sesuai yang mereka cita-citakan, walaupun jarak yang kurang lebih 3 jam dari pusat kota Atambua dengan melewati 3/4 perjalanan berbatu dan terjal tidak menjadi kendala berarti bagi anak-anak ini untuk tetap semangat belajar, tetap semangat ke sekolah demi meraih cita-cita.

Bonus dalam perjalanan ini adalah hamparan bunga matahari liar yang tumbuh di perbukitan sepanjang jalan dari Dirun menuju Lamaknen.

Dalam kegiatan ini, terdapat beberapa rangkaian acara yang tidak hanya diperuntukan bagi anak sekolah (sosialisasi cuci tangan dan sikat gigi serta pembagian donasi seragam, tas dan alat tulis/buku) namun juga bagi masyarakat sekitar Desa Manewain yaitu kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis. Kegiatan ini didukung oleh Pemkab Belu dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Belu, Kesatuan Yonif 725 dan beberapa sponsor yang mendukung kelancaran acara ini.
Pohon impian dan buah impian yang tertulis cita-cita mereka

dapat baju baru deng tas baru, makasihhh.. :)

Full team SM3T
Senang mengetahui sudah banyak program pemerintah yang pro terhadap pendidikan generasi muda bangsa ini, salah satunya melalui program SM3T, saya pribadi sangat mengapresiasi program-program pemerintah seperti ini dan siap mendukung kegiatan-kegiatan positif seperti ini..

Thanks to SM3T Universitas Riau (Kk Irhandi,dkk), Kakak-kakak yang mau menemani ke Manewain: Kaka Dwi yang jauh-jauh dari Bandung, Kaka Nur dari Atambua, Kk Sari dari Kupang dan Kk Yuni dari Malaka serta calon fotografer profesional Kk Jerry serta teman kenalan baru yang asyik teman-teman SM3T Universitas Negeri Semarang (Nana, Baim dan Wisnu yang menjengkelkan) heheheh...makasih makasih makasih ajak-ajak lagi ya kalo ada kegiatan seperti ini di Belu...sukses buat kalian... :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar