Medio Desember 2012, tepatnya
tanggal 15 Desember 2012 dengan beberapa teman-teman dari komunitas Backpacker
Indonesia atau BPI dan beberapa teman Purpala, ada sekitar 28an orang hehe lupa
pastinya berapa, kita akan touring ke dua tempat yaitu ke Masjid Seceng atau
Masjid Nurul Yakin yang terletak di daerah Tangerang dan bercaving ria di Goa
Gudawang di daerah Kabupaten Bogor.
Destinasi pertama adalah Masjid
Seceng, setelah sempat tunggu menunggu yang semula direncanakan pukul 8am udah meluncur ke Masjid Seceng eh
ini mundur sampai pukul 10am deh, tapi tak apa pas banget dari BSD (meeting
pointnya) ke Masjid dimaksud hampir mendekati waktu dhuhur jadi gak was-was deh
kalau bakal ketinggalan sholat.
Hum kesan pertama masuk masjid
itu keliatan tak terawat dan model konstruksi bangunan yang maaf tidak rapi
dengan arsitektur yang tidak terlalu artisitik, yah mungkin karena bangunan
masjid ini seperti terhenti pembangunannya ditengah jalan mungkin karena
kekurangan biaya yah seperti yang diakui oleh pengurus masjid tersebut.
Yah julukannya masjid seribu
pintu tentulah banyak pintu, dengan bilik-bilik kecil ukuran 3x3 gitu yang bisa
dipakai sebagai tempat sholat jamaah wanita. Kami di ajak untuk menuju ke
ruangan lebih luas yang akhirnya saya tahu itu adalah tempat sholat jamaah
laki-laki, disitu kami dibimbing oleh seorang kakek yang menjelaskan garis
besar alasan pembangunan masjid ini, kenapa gelap dan sempit katanya
diibaratkan sebagai sebuah kuburan, sehingga kita akan selalu mengingat
kematian agar terus berbenah diri dan bertobat, yah selanjutnya sambil
menghadap gambar Syekh Abdul Qadir Djaelani mulai lah bertahlil yah saya agak
kurang cocok dengan cara ini sebenarnya namun memang semuanya harus
dikembalikan kepada niat kita menyikapinya.
Setelah bertahlil, diedarkan
kotak untuk bersedekah yah seikhlasnya saja tidak memaksa, dan kita
bersiap-siap untuk sholat berjamaah, lagi-lagi saya sangat miris melihat
keadaan kamar mandi wanita beserta tempat wudhunya, yah semoga segera ada
dermawan yang berbaik hati untuk mengatasi masalah yang menggerogoti masjid
ini, yah minimal terlihat rapi dan bersih saja sudah cukup nyaman untuk
beribadah bukan?
Sebenarnya yang bikin menarik
dari masjid ini bukan hanya keunikannya memiliki banyak pintu namun karena ada
sebuah bangunan terpisah dari masjid yang katanya jika memasukinya harus
berpegangan tangan karena ada yang pernah tersesat didalamnya yah rupanya ini
lah yang menjadi daya tarik utama masjid ini, wisata mistis..hehehe
Namun setelah mencoba memasukinya
mungkin karena dengan bantuan headlamp dan kita deket-deketan jalannya dan juga
di guide in yah jadi seperti melewati terowongan gelap setinggi ukuran manusia
dewasa rata-rata menjadi biasa saja bahkan lebih ngeri memasuki cu chi tunnels
yang ada di Vietnam karena tanpa menggunakan headlamp. Ternyata eh ternyata dalam gedung tersebut
juga ada sebuah ruangan kecil yang diberi lampu temaram katanya tempat ini
untuk berziarah dan saya mengambil kesimpulan sepihhak kalau itu pasti
digunakan oleh orang-orang tertentu untuk bersemedi mencari pangsit,,, hehehe….ah
itu hanya hipotesisku aja…setelah semuanya berkumpul didalam ruangan tersebut
mungkin ukuran 5x3m, kemudian duduk antara pria dan wanita dipisah dan si
pengurus masjid member himbauan untuk tidak menyalakan senter ataupun headlamp
agar tidak mengganggu kekhusuyukan dalam bermuhasabah.
Yap, tiba-tiba lampu dimatikan
dan suasana menjadi gelap, disitulah si pengurus masjid tersebut mulai
memberikan nasihat-nasihat, yah kalau menurut saya cocok banget deh buat
introspeksi diri, bertaubat dan memaknai kehidupan serta mensyukuri akan nikmat
yang telah Allah berikan. Hipotesis saya akan wisata mistis pun sirna diganti
dengan wisata rohani. J
Perjalanan dilanjutkan ke Goa
Godawang hampir 3 jam di jalan, plus acara tersesat sampailah kita di Goa
Gudawang dengan selamat kira-kira pukul 5 sore, suasana goa sudah sepi hanya
ada beberapa orang penjaga, dari mereka pun saya tahu ni goa bukanya 24 jam
tergantung request pengunjung, hihihi…tak berlama-lama setelah bernegosiasi
dengan guide disitu kita diantarin lah ke goa yang pertama namanya Goa Sipahang,
masuk goa melepas alas kaki untuk mempermudah melewati medan dalam goa yang
becek dan dialiri sungai, pengalaman pertama seru abis, menyusuri goa melewati
batu-batu dengan harus menunduk atau bahkan merangkak, berjalan perlahan dan berhati-hati
agar tidak sampai terjatuh karena permukaan batu yang licin, bertemu kelelawar,
seru-seruan foto-foto bareng teman menjadi pengalaman tersendiri yang tak
terlupakan. Namun saya dan beberapa teman tidak melanjutkan untuk masuk ke goa
yang kedua karena waktu sudah menunjukan waktu maghrib so bersih-bersih mandi
dan kita sholat dan menunggu teman-teman yang lain explore goa yang kedua, goa
yang kedua ini katanya kebih pendek dari yang sebelumnya dan lebih berbau
kotoran kelelawar, yah met menikmati dah…oya pada umumnya goa yang bisa di
masuki sudah dilakukan pemugaran untuk mempermudah pengunjung dan juga sudah di
buat seartistik mungkin untuk menarik pengunjung tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar